Struktur Perkerasan Jalan Aspal (flexible pavement)

Sesuai dengan judul artikel ini yaitu struktur perkerasan jalan aspal (flexible pavement) kita akan fokus membahas mengenai susunan struktur pada perkerasan jalan khususnya flexible pavement.

Saya yakin dari rekan-rekan disini pada saat kuliah sudah mendapatkan mata kuliah bahan perkerasan jalan. Nah artikel ini akan sedikit mengingatkan susunan struktur pada perkerasan jalan yang tentunya berdasarkan pengalaman di lapangan. Namun sebelum jauh ke lapisan struktur perkerasan jalan ada baiknya mengenal terlebih dahulu jenis perkerasan yang sering digunakan di Indonesia yaitu flexible pavement (perkerasan lentur) dan rigid pavement (perkerasan kaku).

Secara umum perbedaan antara kedua jenis pekerasan hanya pada lapis finish perkerasan saja. Perkerasan lentur menggunakan Asphalt Concrete (beton aspal) sedangkan perkerasan kaku mengunakan beton. Kedua jenis perkerasan tersebut juga mempunyai perbedaan di lapisan struktur. Oleh karena itu pada artikel struktur perkerasan jalan aspal (flexible pavement)hanya khusus membahas pada perkerasan lentur saja. Apabila ingin mengetahui perbedaan secara mendetail silahkan baca di artikel Struktur perkerasan jalan beton (rigid Pavement).

Saat ini perkerasan jalan aspal masih sering digunakan pada proyek-proyek jalan antar kota bahkan antar provinsi. Banyak pertimbangan mengapa menggunakan lapisan aspal pada permukaan salah satunya adalah tingkat kenyamanan pengguna jalan lebih tinggi dibanding menggunakan beton. Namun bukan berarti perkerasan beton tidak nyaman. Karena saat ini pun perkerasan beton juga banyak digunakan proyek-proyek jalan tol. Namun yang jelas daya dukung tanah juga mempengaruhi pemilihan perkerasan jalan aspal ataupun perkerasan jalan beton.

Perkerasan jalan aspal memiliki beberapa susunan lapis struktur antara lain tanah dasar, tanah timbunan, LPB, LPA, AC-BC, dan AC-WC seperti pada gambar di bawah ini.

Pada gambar di atas adalah contoh susunan struktur perkerasan jalan aspal dengan lebar badan jalan 6 m sedangkan bahu jalan 2,5 m. Struktur perkerasan jalan pada badan jalan berbeda dengan bahu jalan. Pada badan jalan menggunakan finish permukaan aspal sedangkan pada bahu jalan menggunakan agregat S.

1. Badan Jalan

Bagian jalan yang mendapatkan beban lalu lintas adalah badan jalan sehingga struktur utama pada badan jalan ini harus kuat. Oleh sebab itu susunan struktur badan jalan berbeda dengan bahu jalan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.

Pada contoh gambar di atas menggunakan susunan struktur perkerasan jalan aspal dengan ketebalan yang berbeda. Perlu diingat bahwa tebal lapisan struktur tergantung dari perencanaan struktur dari konsultan. Setiap lokasi proyek mungkin ada yang berbeda lapisan struktur jalannya. Ada yang menggunakan Ac-Base, ada yang hanya menggunakan Ac-Bc saja tanpa Ac-Wc dan sebagainya. Berikut penjelasan singkatnya mulai dari struktur paling bawah.

1.Tanah asli/subgrade adalah tanah eksisting yang ada di lokasi proyek. Tanah dasar ini pun harus memiliki spesifikasi mutu. Biasanya CBR min 6%. Apabila hasil pengujian tanah dasar mencapai 6% menggunakan DCP maka sudah layak untuk ditimbun.

2.Selected embankment adalah tanah timbunan dengan material pilihan seperti bebatuan lunak. FYI. Penggunaan selected ini belum tentu digunakan. Ada yang ditimbun dengan common embankment atau tanah timbunan biasa. Jadi semua tergantung perencanaan.

3.LPB (Lapis pondasi bawah) adalah lapisan struktur yang menggunakan aggregate kelas B. Aggregate kelas B adalah campuran gradasi material batu pecah dengan sirtu atau selected. Batu pecah tersebut terdiri dari beberapa fraksi ukuran yang berbeda. Diperlukan sebuah Job Mix Formula untuk mendapatkan mutu yang diinginkan sesuai dengan mutu kelas B.Syarat minimal CBR pada LPB adalah 60%. Apabila CBR sudah memenuhi 60% dengan cara tes sandcone di lapangan maka bisa dilanjutkan dengan lapisan struktur selanjutnya.

4.LPA (Lapis pondasi atas) adalah lapisan struktur pondasi yang berhubungan langsung dengan aspal karena tepat di bawah aspal. Struktur ini menggunakan aggregat kelas A yang tersusun campuran material batu pecah dengan abu batu yang diatur sedemikian rupa sehingga bisa dikatakan sebagai kelas A. Batu pecah yang digunakan terdiri dari beberapa fraksi ukuran yang berbeda. Pembuatan aggregat A harus menggunakan Job Mix Formula yang disetujui oleh konsultan. Syarat minimal CBR untuk LPA adalah 90%. Pengujian yang dilakukan adalah sandcone. 


5.AC-BC (Asphalt concrete Binder Coarse) adalah beton aspal yang terletak tepat di atas LPA. Campuran beton aspal ini terdiri dari beberapa fraksi aggregat batu pecah dengan ukuran yang berbeda, abu batu dan kadar aspal tertentu. Yang membedakan dengan AC-WC adalah ukuran fraksi aggregat dan kadar aspal pada AC-BC yang lebih rendah. 

6.AC-WC (Asphalt concrete Wearing Coarse) adalah beton aspal yang terletak paling atas dan menerima beban langsung kendaraan dan menentukan nyaman tidaknya. Campuran beton aspal ini hampir sama dengan AC-BC hanya berbeda di ukuran fraksi aggregat. Kadar aspal pada AC-WC biasanya lebih tinggi karena lapis permukaan jalan harus kedap dengan air.


Bahu jalan atau dikenal dengan nama shoulder ini mempunyai fungsi sebagai pengaku perkerasan aspal pada badan jalan agar aspal tidak mudah rusak. Bahu jalan tidak langsung mendapatkan beban lalu lintas kecuali dalam keadaan darurat. Sehingga susunan struktur bahu jalan tidak seperti pada badan jalan. Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.
Material pada bahu jalan terdiri dari lapisan paling bawah adalah aggregate kelas B (LPB), kemudian diatasnya adalah aggregat kelas S. Aggregat kelas S mempunyai syarat minimum CBR 50%. Aggregat S terdiri dari material campuran batu pecah dengan tanah liat.

Yang perlu diperhatikan adalah perencanaan struktur perkerasan jalan aspal ini sangat tergantung dari kondisi tanah dasar ataupun eksisting serta jenis penangangannya.

Demikian artikel tentang struktur perkerasan jalan aspal (flexible pavement) semoga bermanfaat.



Sumber –> ilmuproyek.com
Previous Post Next Post